Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

WRI Indonesia: Sektor Indusri Harus Terlibat dalam Menekan Pemanasan Global

WRI Indonesia: Sektor Indusri Harus Terlibat dalam Menekan Pemanasan Global

Bantentoday – Jakarta – Direktur Program World Resources Institute (WRI) Indonesia Arief Wijaya meminta agar sektor industri ikut terlibat upaya menekan pemanasan global diantaranya dengan menggiatkan kegiatan usaha dan bisnis berkelanjutan atau sustainable.

“Untuk mewujudkan hal tersebut memang tidak mudah, membutuhkan dana yang sangat besar agar penurunan emisi sebesar 62 persen pada 2030 dapat terpenuhi,” kata Arief belum lama ini.

Menurut Arief, industri mau tidak mau harus ikut serta dalam upaya menekan pemanasan global mengingat mereka menyumbang 75 persen total emisi global.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan bahwa pemerintah hanya dapat mendanai sebesar 25 persen untuk mencapai target emisi net-zero pada 2060, sedangkan sisanya sekitar 75 persen diharapkan berasal dari donor dan swasta.

Kebijakan terhadap perubahan saat ini sudah sangat mendesak mengingat berbagai bencana akibat iklim membuat biaya yang dikeluarkan juga tidak kalah besarnya.

Perubahan iklim bahkan mengakibatkan kerugian ekonomi, mengancam ketahanan pangan dan air.

Arief mengatakan agar dapat memitigasi dan beradaptasi terhadap dampak-dampak ini, keuangan berkelanjutan sustainability finance memainkan peran penting.

“Selain pendanaan, sektor energi juga membutuhkan dukungan dari pemerintah berupa insentif. Sektor industri tidak akan terpacu untuk bertransisi menjadi lebih rendah karbon apabila tidak ada insentif,” ujarnya.

Apalagi mencapai dekarbonisasi industri, berarti melakukan upaya jangka panjang yang membutuhkan investasi berkelanjutan selama bertahun-tahun atau puluhan tahun.

Sebagai gambaran, Badan Energi Internasional (IEA) menyoroti bahwa investasi global yang dibutuhkan untuk transisi energi bersih, yang mencakup dekarbonisasi industri, dapat mencapai sekitar  3 triliun dolar AS per tahun pada 2030. Tentu jumlahnya sangat besar, tetapi juga merupakan investasi masa depan yang lebih berkelanjutan dan tangguh guna menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.

Secara keseluruhan, kebutuhan pendanaan transisi untuk dekarbonisasi industri sangat penting karena tantangan dan kompleksitas yang terkait dengan transformasi industri yang secara historis bergantung pada praktik-praktik intensif karbon.

“Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, industri, lembaga keuangan, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menyediakan pendanaan dan dukungan yang diperlukan agar transisi dapat berjalan dengan baik,” tutur Arif.

TAGS