Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Sandiaga Uno : Ciptakan Budaya Anti Korupsi dengan Gunakan Aplikasi WBS

Sandiaga Uno : Ciptakan Budaya Anti Korupsi dengan Gunakan Aplikasi WBS

Bantentoday – Menparekraf Sandiaga Uno mendorong pegawai di lingkungan Kemenparekraf/Baparekraf untuk menanamkan budaya anti korupsi dan menciptakan lingkungan yang kondusif jauh dari praktik korupsi dengan menggunakan aplikasi Whistleblowing System (WBS).

“WBS ini sebagai peluit untuk menunjukan bahwa di sekitar kita ada yang mengawasi. Dulu ada atasan hingga KPK yang memiliki fungsi tapi saat ini yang mengawasi 360 derajat ada masyarakat di sekitar kita,” katanya di Jakarta, Kamis (12/10).

Menparekraf Sandiaga menjelaskan, tidak ingin aplikasi anti korupsi digunakan untuk menjatuhkan satu sama lain, tapi dimanfaatkan untuk membangun semangat dan budaya anti korupsi di lingkungan kerja.

“Kalau mengisi WBS ini jangan karena suka dan tidak suka dengan seseorang. Tapi kita mengetahui prosedurnya, tahu mengikuti perkaranya dan ada buktinya. Jangan sampai ini untuk menjatuhkan seseorang guna memuluskan kepentingan pribadi,” ujarnya.

Sandiaga ingin, semangat anti korupsi menjadi budaya di Kemenparekraf dan instansinya harus terdepan dalam upaya pemberantasan korupsi. Karena Kemenparekraf menjual atau mempromosikan Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia.

“Kalau kita punya alam dan budaya yang bagus tapi kita tidak bisa menjaga konstitusi kita, saya pikir akan gagal,” ujarnya.

Pada Indeks Persepsi Korupsi (CPI) 2022 yang dirilis hari ini, tercatat Indonesia terus mengalami tantangan serius dalam melawan korupsi. CPI Indonesia tahun 2022 berada di skor 34/100 dan berada di peringkat 110 dari 180 negara yang disurvei. Skor ini turun 4 poin dari tahun 2021, atau merupakan penurunan paling drastis sejak 1995.

“Ini alarm buat kita, untuk bergotong royong membudayakan semangat anti korupsi,” ujarnya.

Untuk diketahui, WBS merupakan wadah bagi pegawai internal yang hendak melaporkan adanya indikasi tindak pidana korupsi dan pelanggaran kode etik. Aplikasi ini digagas sejak tahun 2018 untuk pengelolaan keuangan negara dan peresmian penggunaannya. Aplikasi ini digunakan untuk memberantas praktik korupsi.

TAGS