Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Perundingan I–GCC FTA diluncurkan, Mendag optimistis ekspor RI ke Negara Teluk meroket

Perundingan I–GCC FTA diluncurkan, Mendag optimistis ekspor RI ke Negara Teluk meroket

Bantentoday – Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan bersama Sekretaris Jenderal Dewan Kerja Sama untuk Negara Arab di Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) Jasem Mohamed Al-Budaiwi secara resmi meluncurkan perundingan Indonesia–Gulf Cooperation Council Free Trade Agreement (I–GCC FTA).

Peluncuran perundingan tersebut ditandai dengan penandatanganan Pernyataan Bersama (Joint Statement) Peluncuran I–GCC FTA di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, pada Rabu, (31/7).

Pemerintah Indonesia optimistis kerja sama ini akan meningkatkan pasar ekspor Indonesia ke seluruh negara anggota GCC dan semakin mengokohkan hubungan Indonesia dengan semua negara Arab di Teluk. “Sudah bertahun-tahun dibahas, tetapi baru hari ini perundingan perjanjian ini bisa diluncurkan. Untuk itu, saya mengajak kedua pihak untuk meningkatkan hubungan dagang melalui perjanjian dagang ini,” ujar Mendag Zulkifli Hasan disiaran pers yang dikutip, Kamis (1/8).

Menurut Mendag Zulkifli Hasan, penandatanganan Joint Statement Perundingan I–GCC FTA merupakan langkah awal bagi Indonesia dan GCC untuk segera memulai perundingan. “Kami optimis perundingan dapat diselesaikan dalam jangka waktu 24 bulan sebagaimana disepakati kedua pihak,” ujar Mendag Zulkifli Hasan.

Mendag Zulkifli Hasan juga mengapresiasi dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas kedatangan Sekretaris Jenderal GCC ke Indonesia. Ia pun menyampaikan, Indonesia – GCC memiliki ekonomi yang besar dan kuat.

“Indonesia menyumbang jumlah penduduk yang besar bagi ASEAN yang berjumlah sekitar 600 juta jiwa. Di sisi lain, negara teluk juga mempunyai jumlah penduduk yang besar. Untuk itu, Saya kembali mengajak untuk bersama-sama meningkatkan perdagangan Indonesia – GCC ini. Dengan melalui FTA, kita sudah memulai sesuatu yang baik,” tambah Mendag Zulkifli Hasan.

Sekjen GCC Jasem Mohamed Al-Budaiwi meyakini, peluncuran I-GCC FTA menjadi tonggak sejarah hubungan ekonomi antara Indonesia dan negara-negara Arab di teluk. Al-Budaiwi meyakini nilai perdagangan kedua pihak akan terus meningkat, khususnya dengan adanya perjanjian kerja sama yang baru.

“Peluncuran perjanjian dagang kedua negara pada hari ini menjadi sejarah bagi Indonesia dan negara- negara teluk. Kami yakin perjanjian ini dapat membawa kebaikan bagi kedua pihak, khususnya di bidang ekonomi,” tambah Al-Budaiwi.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI Djatmiko Bris Witjaksono menambahkan, Perundingan Putaran Pertama I–GCC FTA akan dimulai pada September 2024 dan dilanjutkan dengan Putaran Kedua pada November 2024.

“Kedua putaran perundingan akan mencakup isu perdagangan barang, perdagangan jasa, ketentuan asal barang, sanitasi dan fitosanitasi, prosedur kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, hambatan teknis perdagangan, investasi, usaha kecil dan menengah (UKM), perdagangan digital, hak kekayaan intelektual, kerja sama ekonomi, ekonomi Islam termasuk halal, serta penyelesaian sengketa,” jelasnya.

Djatmiko mengungkapkan, I–GCC FTA merupakan perjanjian dagang Indonesia yang ketiga dengan mitra dagang di kawasan Timur Tengah. Sebelumnya, Indonesia telah memiliki perjanjian dagang Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Persatuan Emirat Arab dan Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Iran.

“Koordinasi intensif akan terus dilakukan bersama kementerian dan lembaga, termasuk dengan pelaku usaha, untuk mempersiapkan perundingan agar berjalan lancar dan sesuai target,” imbuh Djatmiko.

Sebelumnya, Indonesia dan GCC telah menyepakati kerangka acuan (Term of Reference/ToR) I–GCC FTA yang telah ditandatangani Ketua Kelompok Perunding dari kedua pihak pada Selasa, (9/7). Kerangka acuan tersebut akan menjadi pedoman dalam melaksanakan perundingan.

GCC merupakan aliansi kerja sama ekonomi dan politik yang beranggotakan enam negara, yaitu Arab Saudi, Persatuan Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Oman, dan Qatar. Pada periode Januari—Mei 2024, total perdagangan Indonesia dengan GCC tercatat sebesar USD 6,2 miliar. Pada periode ini, ekspor Indonesia ke GCC tercatat sebesar USD 2,7 miliar sedangkan impor Indonesia dari GCC sebesar USD 3,5 miliar. Sementara itu, pada 2023, total perdagangan Indonesia–GCC mencapai USD 15,7 miliar. Pada tahun tersebut, nilai ekspor Indonesia ke kawasan tersebut tercatat sebesar USD 6,1 miliar dan nilai impor Indonesia dari GCC tercatat sebesar USD 9,6 miliar.

Komoditas ekspor utama Indonesia ke GCC di antaranya mobil dan kendaraan bermotor, minyak kelapa sawit, perhiasan, kapal suar, serta kertas dan kertas karton tidak dilapisi. Sementara itu, komoditas impor utama Indonesia dari GCC di antaranya produk setengah jadi dari besi atau baja bukan paduan, alkohol alisiklik, belerang, polimer dari etilena, dan aluminium tidak ditempa.

 

 

 

 

TAGS