Pemerintah Dorong Peluang Ekspor Jasa Ketenagakerjaan ke Jepang

Bantentoday – Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif, Miftah Farid Kementerian Perdagangan mengatakan, peluang pekerja migran terampil Indonesia untuk bekerja di Jepang masih terbuka lebar karena Jepang memiliki proporsi kelompok lanjut usia (lansia) yang besar.
“Indonesia dan Jepang saling memiliki peran penting dalam menghadapi tantangan perubahan demografis di negara masingmasing. Jepang memiliki populasi lanjut usia (lansia) yang besar, sementara Indonesia dengan populasi penduduk dengan usia produktif yang besar memiliki potensi menyediakan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pasar Jepang,” jelas Miftah, Jumat (20/10).
Selain itu, lanjut Miftah, Indonesia dan Jepang juga memiliki kerangka kerja sama Indonesia–Jepang Economic Partnership Agreement (IJEPA). “Indonesia dan Jepang sudah memiliki kerangka kerja sama Indonesia–Jepang Economic Partnership Agreement (IJEPA), yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja perdagangan barang dan jasa serta investasi di kedua negara,” urai Miftah.
Adapun 10 negara tujuan ekspor terbesar pekerja migran Indonesia (PMI) untuk periode JanuariJuni 2023 yaitu Taiwan (31.178 pekerja); Malaysia (38.478 pekerja), Hong Kong (33.639 pekerja), Korea Selatan (6.999 pekerja), Jepang (4.927 pekerja), Singapura (2.572 pekerja), Arab Saudi (2.424 pekerja), Turki (1.632 pekerja), Italia (1.535 pekerja), dan Polandia (807 pekerja).
“Dari data tersebut, ternyata Jepang hanya diperingkat ke lima sebagai negara tujuan PMI, hal ini mengindikasikan Jepang masih belum optimal digarap oleh pekerja migran Indonesia,” ungkap Miftah.
Miftah menuturkan, sektor jasa saat ini memainkan peran penting dalam perdagangan internasional. Diperkirakan hampir satu per empat bagian dari total ekspor dunia disumbang sektor jasa. Hal ini juga didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin mengakselerasi aktivitas perdagangan sektor jasa. Semakin murahnya biaya telekomunikasi, meningkatnya penggunaan internet hingga ke pelosok daerah, serta berkembang pesatnya layanan broadband internet telah memampukan layanan jasa bisa diberikan tanpa terbatas oleh jarak, waktu hingga batas negara.
Namun, lanjut Miftah, ekspor jasa belum dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan data ASEANstat.org, pada 2021, rasio ekspor jasa Indonesia terhadap produk domestic bruto (PDB) hanya sebesar 1,18 persen dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 58,23 persen, Vietnam 6,1 persen, Malaysia 5,61 persen, dan Thailand 4,48 persen.
Oleh karena itu, Pemerintah ingin mendorong penempatan pekerja migran terampil Indonesia ke Jepang sebagai salah satu prioritas dalam kerja sama Indonesia–Jepang terutama melalui skema Specified Skilled Worker (SSW). “Untuk itu, Kementerian Perdagangan terus berupaya mendorong ekspor sektor jasa sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif bagi perekonomian Indonesia,” kata Miftah.
“Untuk itu, kami mengajak para calon pekerja dan para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait untuk dapat memanfaatkan kesempatan dalam memperluas informasi dan pengetahuan mengenai pasar tenaga kerja di Jepang,” pungkas Miftah.