Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Mantan Ketua KPAI: Awasi Anak dalam Merayakan Malam Tahun Baru

Mantan Ketua KPAI: Awasi Anak dalam Merayakan Malam Tahun Baru

Bantentoday – Malam pergantian tahun baru sering menjadi momentum mengekspresikan kegembiraan bagi masyarakat termasuk anak usia sekolah.

Beragam cara dilakukan dalam menyemarakkan pergantian tahun baru. Seperti; bermain kembang api, nonton bareng, berwisata, menginap di hotel atau glamping  dan beragam ekspresi lainnya.

“Namun kadang anak usia sekolah tidak mendapatkan pengawasan dari orangtua. Akibatnya banyak kasus terjadi dari tahun ke tahun yang sering menimpa anak,” kata Pakar Pendidikan, Founder Yayasan Sang Juara dan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Periode 2017 – 2022, Susanto diketerangan resminya, Minggu (31/12). 

Susanto bilang, kasus terpapar ledakan mercon, anak jadi korban penculikan, trafiking, perkelahian antar kelompok dan sejumlah kasus lainnya merupakan beberapa kasus akibat dari pengawasan yang kurang dari orangtua.

“Kami menghimbau agar orangtua untuk meningkatkan pengawasan dan pendampingan anak agar anak tidak melakukan kegiatan yang beresiko,” ujar Susanto.

Kemudia, tambah Susanto, orangtua harus memberikan literasi kepada anak agar dalam menyemarakkan pergantian tahun dengan wajar dan dilandasi dengan  nilai-nilai etika dan akhlak mulia.

“Melakukan pencegahan kegiatan yang tak bermanfaat dan digantikan dengan kegiatan yang relevan untuk pengembangan bakat dan minatnya.

Imbauan lainnya, jelas Susanto, untuk memastikan agar anak tidak bermain petasan yang dapat membahayakan jiwa mereka dan orang lain.

“Ajak anak  merefleksi terhadap cita-citanya dan menyusun rencana kebaikan agar cita-cita besarnya tercapai dengan baik,” tungkas Susanto.

TAGS