Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Kemenparekraf dan APGI Siap Gelar ‘2nd Indonesia Mountain Tourism Conference 2024’ di Jawa Tengah

Kemenparekraf dan APGI Siap Gelar ‘2nd Indonesia Mountain Tourism Conference 2024’ di Jawa Tengah

Bantentoday – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) bersama dengan Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) siap menyelenggarakan “2nd Indonesia Mountain Tourism Conference (IMTC) 2024” yang akan berlangsung di Hotel Dafam Wonosobo, Jawa Tengah, pada 21 dan 22 Agustus 2024.

Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya  mengungkapkan Indonesia adalah negara dengan populasi gunung terbanyak di dunia, dengan jumlah lebih dari 400 gunung. Dimana 129 merupakan gunung berapi aktif dan 23 adalah pegunungan besar.

“Kondisi alam ini menyebabkan wisata gunung menjadi wisata yang populer di Indonesia dan berkembang sangat pesat dalam satu dekade terakhir, karena didorong oleh perkembangan teknologi serta sarana dan prasarana,” ujar Nia dalam “The Weekly Brief With Sandi Uno” yang berlangsung secara hybrid, Senin (19/8/2024).

Nia berpandangan bahwa pengembangan industri wisata gunung membutuhkan komitmen dan kontribusi optimal berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN/BUMD, perusahaan swasta, investor, asosiasi profesi atau industri pariwisata.

Oleh karena itu, perlu dilakukan konferensi secara berkelanjutan sebagai sarana edukasi, sosialisasi, dan publikasi kepada masyarakat industri pariwisata untuk mengembangkan wisata pendakian gunung berkelanjutan di Indonesia.

“Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menjadi sarana promosi produk dan industri mountain tourism di Indonesia serta eksplorasi potensi dan peluang bisnis diantara para peserta. Tentunya kegiatan ini turut menyumbang komitmen Indonesia terhadap Glasgow Declaration,” kata Nia.

Sementara, Ketua Umum Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), Rahman Mukhlis, menjelaskan pada rangkaian acara IMTC 2024 yang kali kedua terbagi menjadi dua hari. Dimana pada hari pertama full day conference terkait wisata gunung dan pada hari kedua field trip ke Gunung Kembang, Wonosobo, Jawa Tengah.

“Kegiatan ini nantinya akan diikuti 100 peserta secara offline, karena memang kami buat terbatas. Kemudian teman-teman lain dapat mengikuti secara online baik melalui zoom ataupun YouTube Kemenparekraf,” ujar Rahman.

IMTC hadir untuk memberikan suatu pemahaman terhadap pengembangan wisata gunung yang berkelanjutan di Indonesia. Tema yang diangkat dalam IMTC edisi kedua adalah “Green Tourism in Mountain Tourism Region”.

“Jadi kami ingin mengedukasi, menyosialisasikan bagaimana wisata hijau pengembangan wisata gunung yang berkelanjutan di Indonesia sekaligus juga ada kelas lapangan, jadi kami ingin mengajak teman-teman langsung kunjungan ke Gunung Kembang yang terkenal dengan sebutan zero waste mountain, pelopor dalam menerapkan prinsip wisata berkelanjutan,” ujar Rahman.

Pada saat field trip para peserta mulai menerapkan zero waste mountain dari mulai mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa pada saat mendaki, yakni memakai tumbler sehingga tidak diperkenankan membawa botol kemasan sekali pakai, kemudian aksi bersih gunung sebagai gerakan gunung bukan tempat sampah untuk kelestarian gunung. “Kita juga meminimalisir penggunaan tisu, karena biasanya yang rawan sampah tisu basah,” kata Rahman.

 

TAGS