Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Kampung Joglo Tanjung Lesung, Tempat Pelestari Budaya di Ujung Barat Pulau Jawa

Kampung Joglo Tanjung Lesung, Tempat Pelestari Budaya di Ujung Barat Pulau Jawa

Bantentoday – Di tengah derasnya arus modernisasi dan geliat pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung, berdirilah sebuah permata budaya yang menghadirkan sentuhan tradisional khas Jawa di Tanah Banten.

Namanya Kampung Joglo, sebuah ruang kreatif yang menjadi oase budaya sekaligus destinasi wisata unik yang menyatukan warisan leluhur dengan semangat kekinian.

Berlokasi di atas lahan seluas 8.000 meter persegi, Kampung Joglo didirikan sejak tahun 2016 oleh pasangan Andrew James dan Rimigy Rihasalay. Tak sekadar menawarkan suasana asri dan bangunan eksotis, Kampung Joglo membawa misi yang lebih dalam: menjaga, merawat, dan menghidupkan kembali budaya Indonesia melalui aktivitas seni dan edukasi.

“Dari awal, rumah joglo ini bukan sekadar tempat wisata. Ini adalah ajakan untuk mencintai dan mempertahankan budaya Indonesia,” ujar Rimigy, yang bersama suaminya rela memindahkan rumah-rumah Joglo dari Jepara ke Banten dengan penuh dedikasi.

Terdapat enam bangunan Joglo autentik yang menghiasi kawasan ini, masing-masing diberi nama tokoh pewayangan seperti Gatotkaca, Bima, Srikandi, Dewi Khunti, Arjuna, dan Nakula. Usia bangunan-bangunan tersebut bahkan mencapai 100 hingga 300 tahun, menjadikannya bukan hanya sebagai daya tarik visual, tetapi juga simbol sejarah yang hidup.

Kampung Joglo juga aktif dalam mengembangkan ruang edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Beragam kelas seni digelar secara gratis untuk pengunjung dan masyarakat sekitar, mulai dari melukis, membuat pot dari tanah liat, hingga mendaur ulang sampah botol menjadi karya seni.

“Kita ingin memperkenalkan budaya Indonesia melalui seni, dari hal-hal yang sederhana namun berdampak besar bagi generasi muda,” tutur Rimigy.

Sementara itu, Andrew James mengungkapkan kekagumannya pada arsitektur tradisional Indonesia. Ia memastikan bahwa seluruh elemen bangunan menggunakan material alami dan ukiran asli dari Jepara.

“Semua kayu adalah ukiran asli dari Jepara. Kami ingin tempat ini tetap natural, bukan fancy tapi justru otentik. Arsitektur tradisional Indonesia sudah sangat indah dan layak diapresiasi,” jelasnya.

 Kampung Joglo tak hanya menjadi tempat belajar dan berkarya, tapi juga ruang serbaguna yang terbuka untuk berbagai kegiatan budaya seperti konser musik, pernikahan, hingga pameran seni. Dengan keberadaannya, Kampung Joglo membawa warna baru dalam lanskap pariwisata Banten, sekaligus menjadi pengingat akan pentingnya menjaga akar budaya bangsa.

“Kampung Joglo ini kami persembahkan untuk Indonesia. Jika kami bisa membangun sesuatu yang bermanfaat dan tetap menjaga warisan budaya, kenapa tidak?” pungkas Rimigy dengan penuh semangat.

TAGS