Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Kabupaten Lebak Ingin Jadi Daerah Toleransi Antaragama

Kabupaten Lebak Ingin Jadi Daerah Toleransi Antaragama

Bantentoday – Kepala Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lebak H Sukanta menyatakan wilayahnya ingin menjadi daerah toleransi dan kerukunan antaragama sehingga dapat memperkuat persatuan dan kesatuan.

“Kami bersama Kementerian Agama dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) berkolaborasi membangun kampung moderasi toleransi dan kerukunan antaragama,” kata Sukanta di Lebak, Rabu (20/12).

Caranya, jelas Sukanta, adalah dengan memupuk berdirinya kampung moderasi toleransi dan kerukunan antaragama di Kecamatan Rangkasbitung, Maja dan Leuwidamar.

Masyarakat yang tinggal di kampung moderasi toleransi dan kerukunan itu memiliki keyakinan berbeda antara lain Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Khonghucu dan terakhir Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi warga adat Badui.

Kampung moderasi toleransi dan kerukunan antaragama yang diluncurkan awal 2023 hingga kini berjalan dengan baik, bahkan masyarakat di daerah itu kehidupan mereka benar-benar lebih toleransi dan kerukunan antaragama terwujud dengan baik.

Kehidupan masyarakat di kampung moderasi itu membaur seperti saudara sendiri tanpa perbedaan agama, budaya maupun ekonomi sosial.

Mereka menjalin silaturahmi juga sikap saling bantu membantu dan tolong menolong.

“Kami mengapresiasi kampung moderasi toleransi dan kerukunan antaragama sebagai pilot project dinilai luar biasa untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Sukanta.

Sementara, Kepala Kementerian Agama Kabupaten Lebak H Badrussalam mengatakan pihaknya hingga kini terus berkoordinasi dengan pihak – pihak terkait, seperti pemerintah daerah, TNI, Polisi, Kejaksaan, FKUB, dan organisasi antargereja dan berbagai elemen masyarakat guna membangun kampung moderasi toleransi dan kerukunan antaragama.

“Kami merasa bangga kampung moderasi toleransi dan kerukunan antaragama itu terwujud kehidupan yang sejahtera dan lebih kuat menjalin silaturahmi dan persatuan,” katanya. 

Ketua pelaksana harian Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Lebak KH Ahmad Hudori mengatakan selama ini kampung moderasi dan kerukunan antaragama berjalan baik, kondusif, damai dan kehidupan di masyarakat bersikap toleransi, saling menghormati, menghargai sehingga penuh kedamaian.

“Kami berharap kampung moderasi dan kerukunan beragama dapat memperkuat persatuan dan kesatuan guna membangun bangsa yang sejahtera,” katanya.

Pendeta Gereja Bethel Indonesia (GBI) Rangkasbitung Kabupaten Lebak Gideon Krisna Wijaya menyatakan selama ini hubungan antaragama di daerah ini relatif kondusif, damai, dan aman juga belum terjadi gesekan sosial maupun konflik di masyarakat.

“Kami terus menjalin hubungan antaragama dengan baik sebagai ajaran Tuhan yang harus saling mencintai dan menyebar kasih sayang,” tutup Gideon.

TAGS