Film Bertaut Rindu Angkat Luka Sunyi Remaja: Ketika Impian Harus Bertarung dengan Ekspektasi Orang Tua

Bantentoday – Di balik senyum para remaja, sering tersembunyi luka yang tak terlihat. Mimpi yang tak mendapat restu, jalan hidup yang dibelokkan oleh ekspektasi, serta pilihan yang terasa bukan milik sendiri. Inilah kenyataan pahit yang coba diangkat oleh film terbaru dari SinemArt, berjudul “Bertaut Rindu: Semua Impian Berhak Dirayakan”, yang akan tayang di bioskop mulai 31 Juli 2025.
Disutradarai oleh Rako Prijanto dan diproduseri David S. Suwarto, film ini menghadirkan kisah yang lekat dengan kehidupan remaja masa kini—tentang jati diri, tekanan keluarga, dan keberanian untuk memilih jalan hidup sendiri.
Menggandeng Ari Irham sebagai Magnus dan Adhisty Zara sebagai Jovanka, film ini berpusat pada pergulatan batin seorang siswa SMA yang diterima di kampus impiannya, ITB. Namun alih-alih bahagia, Magnus justru dihadapkan pada konflik dengan orang tua yang bersikeras mengirimnya kuliah ke luar negeri di jurusan yang tidak ia kehendaki.
Cuplikan first look film ini menampilkan dialog emosional antara Magnus dan Jovanka, ketika Jovanka bertanya, “Magnus, please jujur sama aku… sebenernya kamu mau ke ITB atau ke Oxford?” Pertanyaan sederhana namun sarat makna itu menggambarkan dilema besar yang banyak dialami anak muda: apakah aku hidup untuk diriku sendiri, atau untuk memenuhi harapan orang lain?
Film Bertaut Rindu tak sekadar fiksi. Ia juga merefleksikan kisah nyata yang sempat viral, seperti perjuangan Devit Febriansyah, pelajar asal Sumatera Barat yang hampir gagal kuliah di ITB karena keterbatasan ekonomi, sebelum akhirnya dibantu oleh warga sekampung secara gotong royong. Dua kisah berbeda, namun sama-sama menggambarkan betapa beratnya jalan menuju mimpi ketika harus bertarung dengan kenyataan.
“Kami ingin film ini menjadi suara bagi mereka yang sering tak terdengar—para remaja yang mimpi-mimpinya diremehkan, yang tak pernah diberi ruang untuk memilih. Ini adalah bentuk keberpihakan kami kepada mereka yang masih mencari makna ‘bahagia’ atas nama diri sendiri,” kata David S. Suwarto.
Sang sutradara, Rako Prijanto, menambahkan bahwa film ini adalah bentuk ajakan untuk berani memperjuangkan mimpi. “Setiap impian punya hak untuk diperjuangkan. Dan lewat film ini, kami ingin merayakan keberanian untuk bersuara.”
Lebih dari sekadar drama remaja, Bertaut Rindu menjadi cermin realitas sosial yang akrab di sekitar kita. Sebuah refleksi bahwa perjuangan terbesar kadang justru terjadi di dalam rumah, antara hati dan harapan orang tua.
Apakah Magnus akhirnya berani memilih mimpinya sendiri? Apakah Jovanka akan tetap menjadi penyangga keberanian di tengah badai ekspektasi?
Semua jawabannya akan tersaji pada 31 Juli 2025, saat Bertaut Rindu resmi tayang di bioskop seluruh Indonesia.
