Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Ekonomi Indonesia harus tumbuh 5,6 persen di tahun 2025

Ekonomi Indonesia harus tumbuh 5,6 persen di tahun 2025

Bantentoday – Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara gradual harus tumbuh sebesar 5,6 persen pada tahun ini, apabila ingin mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029. Apabila Indonesia melewatkan pertumbuhan ekonomi 5,6 persen pada tahun ini, akan sulit untuk mengejar pertumbuhan pada tahun selanjutnya.

Demikian dikatakan Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro dalam acara “Economic Outlook 2025” di Jakarta, Selasa (4/2).

“Hitungan kami, kalau kita ingin mendapatkan pertumbuhan sampai ke 8 persen, secara gradual Indonesia itu harus tumbuh 5,6 persen di tahun ini,” kata Andry.

Namun, ujar Andry, ekonomi Indonesia secara “naluriah” pada akhir-akhir ini hanya tumbuh flat di kisaran 5 persen. Sejauh ini, ia belum melihat potensi pertumbuhan ekonomi yang jauh di atas 5 persen. Sehingga, menurut proyeksinya, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh antara di kisaran 5 persen untuk tahun 2024.

“Besok akan keluar data BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV (2024). Saya rasa sampai dengan hitungan kami tadi pagi, agak sulit sebenarnya melihat potensi Indonesia untuk jauh dari 5 persen,” kata dia.

Meski begitu, Andry tetap melihat positif terhadap target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, Indonesia memang harus tumbuh di atas 5 persen agar tidak ditinggalkan oleh investor.

“Kalau kita tidak tumbuh atau hanya tumbuh di kisaran 5 persen, kita akan ditinggalkan investor. Karena sekarang narasi bagi investor adalah di mana tempat yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih baik. Era chip money juga sudah relatively lewat sekarang. Investor akan lebih sangat spesifik menilai potensi dari suatu negara,” kata dia.

Andry meyakini bahwa Indonesia tidak akan mengalami krisis, kecuali pada beberapa tahun lalu karena faktor pandemi COVID-19. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan relatif tetap baik, utamanya ditopang oleh konsumsi masyarakat yang kuat pada setiap periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) yaitu Ramadan dan Lebaran serta Natal dan tahun baru (Nataru).

Dari sisi sektoral, Andry mengatakan bahwa sebenarnya tidak seluruh sektor di Indonesia termasuk gloomy. Dalam hal ini, sektor yang selalu berpotensi untuk tumbuh yakni sektor yang berbasis domestik (domestic based) seperti telekomunikasi, layanan kesehatan, serta industri manufaktur dan sektor lainnya yang berkaitan.

Kemudian, terdapat sektor yang memiliki potensi pertumbuhan moderat (moderate opportunity growth) antara lain makanan dan minuman (food and beverages), utilitas (utilities), serta government services.

“Pertanyaan besarnya adalah kalau orang Indonesia punya uang itu larinya ke mana. Ada dua sebenarnya big chunk yang kemudian orang Indonesia itu kalau belanja ke sektor itu. Yang pertama adalah ke restoran, yang kedua adalah ke supermarket. Jadi supermarket dan restoran ini adalah proksi dari makanan dan minuman,” kata Andry.

Ia mengatakan, kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah memiliki kecenderungan untuk mengutamakan belanja atau membeli bahan-bahan pokok (basic necessities). Namun yang menarik, konsumsi gaya hidup pada masyarakat kelas menengah ke atas menunjukkan tren peningkatan.

“Lifestyle, skin care, beauty care itu juga meningkat. Makanya ini kemudian menjawab adanya decoupling pola konsumsi di masyarakat di Indonesia. Kalau kita bisa mendorong ini menjadi suatu ekosistem yang cukup besar, demand (permintaan)-nya ada, tinggal kita lihat bagaimana kemudian kemudahan-kemudahan supaya ekosistem itu bekerja,” kata Andry.

TAGS