Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

DP2KBP3A Sebut Jumlah Keluarga Risiko Stunting di Lebak Turun

DP2KBP3A Sebut Jumlah Keluarga Risiko Stunting di Lebak Turun

Bantentoday – Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Lebak Hj Tuti Nurasiah mengatakan, jumlah keluarga risiko stunting (KRS) di Kabupaten Lebak, Banten pada Oktober 2023 menurun menjadi 78.084 kepala keluarga (KK) dari sebelumnya sebanyak 226.633 KK. 

“Menurunnya jumlah KRS tersebut karena adanya intervensi berbagai pihak yang berjalan secara optimal di antaranya instansi pemerintah daerah, BUMN, lembaga penegak hukum, perusahaan swasta dan elemen masyarakat,” ucapnya di Lebak, Kamis (26/10).

Selain itu juga pemerintah pusat menyalurkan bantuan kebutuhan bahan pokok berupa telur dan daging unggas melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang didistribusikan oleh PT Pos Indonesia.

“Kami berharap jumlah KRS itu terus menurun sehingga tidak ada lagi kasus baru stunting atau kekerdilan yang dialami anak-anak,” kata Tuti.

Menurut dia, penanganan stunting itu tentu tidak bisa dilakukan pemerintah daerah saja, sehingga melibatkan semua pihak untuk melakukan intervensi melalui penyaluran bantuan kebutuhan bahan pokok, pemberian makanan tambahan, dan pemeriksaan kesehatan.  

Pembangunan infrastruktur lingkungan dengan menyediakan sarana air bersih juga jambanisasi yang layak dan peningkatan ketersediaan pangan hingga penyediaan lapangan pekerjaan.

Selama ini, kata dia, penanganan stunting berjalan baik untuk keluarga risiko stunting maupun anak-anak yang terkontaminasi positif gizi buruk.

Pemerintah daerah mengapresiasi pembangunan prasarana air bersih yang dilakukan TNI di Kecamatan Lebak Gedong sebanyak 7 titik dan hingga terjadi El Nino ketersediaan air bersih untuk masyarakat terpenuhi yang digunakan keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK) juga dikonsumsi.

Mereka para Koramil, Camat juga lembaga penegak hukum, seperti Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan menjadi bapak asuh anak stunting. “Kami terus menggandeng berbagai pihak untuk mengatasi stunting agar Lebak terbebas dari kekerdilan anak bangsa itu,” tungkasnya.

TAGS