Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

DKP Kota Tangerang Perketat Masuknya Hewan Ternak dari Gunung Kidul

DKP Kota Tangerang Perketat Masuknya Hewan Ternak dari Gunung Kidul

Bantentoday – Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Tangerang memperketat masuknya pengiriman hewan ternak seperti sapi, kambing, dan domba, dari daerah Gunung Kidul, Jawa Tengah yang merupakan wilayah terjangkit antraks.

“Dengan adanya kasus di Gunung Kidul, kami menutup pengiriman hewan dari daerah Gunung Kidul agar tidak menyebar hingga Kota Tangerang,” kata Kepala Bidang Pertanian DKP Kota Tangerang, drh. Ibnu Ariefyanto, di Tangerang Jumat (7/7).

Ibnu Ariefyanto mengatakan hingga kini kasus antraks di Kota Tangerang tidak ditemukan, apalagi kota itu bukan bukan wilayah yang memiliki banyak peternak. Namun, pembatasan hewan yang masuk harus dilakukan guna mengantisipasi penyebaran antraks.

“Di Kota Tangerang sendiri kasus antraks nol dan belum pernah ditemukan. Saat idul Adha lalu, kebanyakan hewan kurban yang ada di Kota Tangerang didatangkan dari Bima dan Alhamdulillah bebas dari antraks. Saat ini di Kota Tangerang sendiri ada sekitar 40 peternak,” katanya menambahkan.

Ia melanjutkan virus antraks bersifat zoonosis atau dapat menular kepada manusia. Penularan dapat melalui kulit, pernapasan, hingga organ pencernaan, apabila mengonsumsi daging dari hewan yang positif antraks.

Hewan yang terpapar antraks, lanjutnya, tidak boleh dikonsumsi.  Solusinya, hewan yang terpapar antraks harus langsung dimusnahkan dengan cara dikubur sedalam dua meter dan dibakar.

“Tidak boleh ada proses penyembelihan karena darah hewan yang terpapar antraks itu sangat kuat dan dapat bertahan 50 hingga 75 tahun,” katanya menegaskan.

Diharapkan masyarakat untuk tidak panik karena daging sapi yang dijual di Kota Tangerang rata-rata adalah sapi impor dan bukan dari wilayah yang terjangkit antraks.

Bagi para peternak, apabila menemukan hewan ternak mereka yang mati mendadak dan mengeluarkan darah dari mata, hidung, mulut, dan anus, dapat segera menghubungi DKP Kota Tangerang untuk melakukan pengecekan lab dan bantuan untuk pemusnahan hewan.

“Jika ditemukan hewan yang sakit dan mati secara mendadak dapat menghubungi kami untuk dicek melalui lab apakah hewan tersebut terjangkit antraks. Selain itu, jangan lupa isolasi hewan yang sakit atau pisahkan tempatnya dari hewan yang masih sehat untuk antisipasi penularan ke hewan yang lain,” pungkas Ibnu Ariefyanto.

Sebelumnya diberitakan, di wilayah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terdapat kasus antraks dan menjangkit 87 warga, satu diantaranya meninggal dunia.

TAGS