Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Pemkab Tangerang Klaim Angka Stunting Turun

Pemkab Tangerang Klaim Angka Stunting Turun

Bantentoday – Tangerang – Pemkab Tangerang, Banten mengklaim angka stunting atau kekerdilan pada balita di daerahnya itu terus mengalami penurunan yang sebelumnya berjumlah 9.000 kasus menjadi 6.000 kasus pada 2023.

“Pada tahun 2022 berjumlah 9.000 kasus dan sekarang turun jadi 6.000 kasus,” kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Tangerang dr. Hendra Tarmizi di Tangerang belum lama ini.

Jelas Hendra, penurunan angka stunting tersebut terlihat sejak tahun 2021 lalu, dimana berdasarkan data yang ada jumlah angka itu sekitar 16.100 kasus.

Kemudian, pada tahun 2022 angka kekerdilan pada anak turun menjadi 9.000 kasus, dan hingga kini kembali turun lagi mencapai 6.000 kasus kekerdilan.

“Dari angka 6.000 kasus stunting itu, jika di persentase sebesar 2,7 persen alami penurunannya,” tuturnya.

Menurutnya, dengan terjadinya penurunan kasus tersebut merupakan hasil kerja sama antar instansi daerah dalam program pencepatan dan pengendalian terhadap stunting.

“Kita ada percepatan, jadi kita kerjasama dengan Bappeda dan seluruh OPD terkait melakukan gebrakan Posyandu,” katanya.

Dana desa akan diarahkan ke sana. “Posyandu nanti akan lebih diberdayakan dalam bentuk pemberian makanan kayak Posyandu zaman dulu,” katanya.

Selain peningkatan Posyandu, pihaknya juga melakukan peningkatan pemberian gizi terhadap anak, salah satunya seperti bubur kacang ijo, telur dan lainnya, yang ditujukan kepada yang berisiko stunting.

“Ini intervensi awal, sebelum stunting kita Hajar dulu sebelum turun jadi stunting. Itu semua Dinas ikut, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Pendidikan, tapi semua sekretariat di DPPKB,” kata dia.

TAGS