Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Icip-icip Laksa Tangerang, Kuliner Legendaris Perpaduan Budaya yang Tak Lekang oleh Waktu

Icip-icip Laksa Tangerang, Kuliner Legendaris Perpaduan Budaya yang Tak Lekang oleh Waktu

Bantentoday – Kota Tangerang memiliki salah satu kuliner khas yang telah melegenda, yaitu laksa. Lebih dari sekadar makanan, laksa Tangerang merupakan hasil perpaduan budaya antara Tionghoa dan Melayu yang berkembang seiring perjalanan sejarah kota ini.

Nama “laksa” sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “banyak,” mengacu pada penggunaan beragam bumbu dapur dalam pembuatannya. Mi laksa yang berpadu dengan kuah kuning kental menjadikannya sajian khas yang menggugah selera.

Menurut laman Indonesia.go.id milik Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Republik Indonesia, laksa di Kota Tangerang telah ada sejak ratusan tahun lalu. Namun, baru sekitar tahun 1970-an, hidangan ini mulai banyak dijajakan oleh pedagang keliling dari kampung ke kampung.

Kini, terdapat dua jenis laksa yang populer di Kota Tangerang, yakni Laksa Nyai dan Laksa Nyonya. Laksa Nyai, yang dibuat oleh masyarakat pribumi Tangerang, memiliki cita rasa khas dengan penggunaan rempah-rempah lokal. Sementara itu, Laksa Nyonya, yang dibuat oleh kaum peranakan Tionghoa, cenderung lebih pedas dan gurih, khas kuliner peranakan.

“Laksa Nyai bisa ditemukan di samping POM Bensin Babakan Cikokol, sementara Laksa Nyonya banyak dijual di sekitar Pasar Lama Kota Tangerang,” dikutip dari sumber yang sama.

Saat ini, laksa bukan hanya sekadar kuliner tradisional, tetapi juga telah menjadi ikon wisata kuliner di Kota Tangerang. Bahkan, pada tahun 2023, laksa Tangerang resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb).

TAGS